LAPORAN
Laporan Monyet: Primata Indonesia Yang Tidak Dilindungi
Di antara keragaman satwa liar Indonesia yang menakjubkan dan banyaknya spesies primata, dua spesies monyet dieksploitasi dengan intensitas tertentu, dan keduanya tidak dilindungi oleh undang-undang perlindungan satwa liar nasional. Selama beberapa dekade belakangan, baik monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) maupun beruk (Macaca nemestrina) telah berulang kali dinaikkan statusnya oleh International Union for the Conservation of Nature, mulai dari status Rentan, dan sekarang kedua spesies tersebut menjadi Terancam punah.
Karena monyet karismatik ini terampil dalam bertahan hidup di lingkungan yang didominasi oleh manusia, populasinya bisa tampak sangat berlimpah. Berbagai berita dari seluruh wilayah jelajah mereka berulang kali menyebut mereka sebagai "geng", "pencuri", dan "perampok." Benar saja, ketika makanan dan tumbuh-tumbuhan yang ditanam manusia mudah diakses, maka monyet-monyet yang banyak akal dan pandai ini memanfaatkan situasi tersebut. Ketika mereka melakukannya, interaksi negatif dengan manusia bisa terjadi.
Dalam menghadapi hal ini, tidak mengherankan bahwa beberapa orang, organisasi, dan pihak berwenang biasanya menganggap mereka sebagai "hama" atau menyebut bahwa populasinya sangat berlimpah. Setelah diberi label tersebut, mereka diperlakukan sesuai dengan label yang mereka dapatkan, dan monyet dibunuh dalam jumlah besar, atau dijebak dan dijual sebagai hewan peliharaan disertai dengan kehidupan yang menyengsarakan dan berkepanjangan, menjadi penghibur atau subjek penelitian biomedis. Sejak awal pandemi Covid, organisasi perlindungan satwa dan para peneliti telah melihat peningkatan eksploitasi, dengan konten kekejaman daring yang semakin nyata terlihat, lebih banyak penangkapan, dan peningkatan ekspor untuk tujuan biomedis.
Laporan ini mengkaji berbagai hal berbeda di mana monyet ekor panjang dan beruk dirugikan, baik sebagai individu maupun sebagai populasi, di negara di mana mereka juga memiliki pengaruh dalam budaya dan sejarah yang mendalam. Laporan ini mengkaji interkoneksi antara masalah, dan yang terpenting menawarkan rekomendasi mengenai metode-metode untuk meningkatkan perlindungan monyet-monyet di Indonesia.
Koalisi Asia for Animals (AfA) terdiri dari 25 organisasi kesejahteraan hewan yang ternama dan dihormati secara global, didukung oleh jaringan ratusan organisasi kesejahteraan hewan, lingkungan hidup, dan konservasi dari seluruh dunia. Seluruhnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hewan di seluruh Asia.
Koalisi AfA Macaque menyatukan para pendukung hewan dan spesialis primata dari berbagai organisasi dan latar belakang. Semuanya mengadvokasi kesejahteraan monyet di seluruh dunia. Dalam laporan ini, organisasi-organisasi yang tergabung dalam Anggota Koalisi Macaque menyatukan keahlian mereka untuk mengkaji serangkaian eksploitasi yang sangat intens dialami monyet-monyet di Indonesia tanpa henti dan kejam, serta menyajikan strategi untuk mengurangi kerusakan ekologis dan individu monyet yang diakibatkannya. Action for Primates; Animal Concerns Research & Education Society; Animal Friends Jogja; Animal Protection Denmark; Animals Asia Foundation; Animals Don’t Speak Human; Born Free Foundation; Four Paws International; Global Animal Welfare; Jakarta Animal Aid Network; International Primate Protection League; People for the Ethical Treatment of Animals & Society for the Prevention of Cruelty to Animals Hong Kong semua merupakan anggota Koalisi Macaque.